Src: goodnewsfromindonesia.id |
Ketika berbicara tentang kekayaan budaya Indonesia, seni dan alat musik tradisional selalu menjadi topik yang menarik. Salah satu provinsi yang memiliki warisan budaya musik yang kaya adalah Lampung. Di daerah ini, terdapat beberapa alat musik tradisional yang bukan hanya menjadi bagian dari identitas masyarakatnya, tetapi juga menyimpan cerita sejarah dan nilai-nilai adat. Kali ini, saya ingin berbagi pengalaman pribadi saat mempelajari alat musik tradisional Lampung: gambus, kulintang, dan cetik.
Gambus Lampung: Harmoni yang Mendalam
Saya pertama kali mendengar gambus Lampung saat menghadiri sebuah acara adat di daerah pesisir. Suaranya unik—lembut tapi punya kedalaman emosional yang bikin suasana jadi khidmat. Gambus sendiri sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia, terutama di wilayah yang terpengaruh budaya Melayu dan Timur Tengah. Namun, versi Lampung punya karakteristik khas yang membuatnya berbeda.
Gambus Lampung biasanya dimainkan dalam acara keagamaan atau tradisi adat. Bentuknya menyerupai gitar kecil dengan senar yang dipetik. Saya sempat mencoba memainkannya, dan, jujur, rasanya tidak semudah kelihatannya! Posisi tangan harus pas, belum lagi teknik petikan yang benar-benar menuntut kesabaran. Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa memainkan gambus bukan sekadar soal musik—ini tentang melatih kesabaran dan penghormatan terhadap tradisi.
Tips saya kalau ingin belajar gambus Lampung? Mulai dari lagu-lagu sederhana dulu, seperti lagu daerah Lampung. Jangan lupa cari mentor yang paham teknik tradisional, karena ini beda banget dengan cara main gitar modern.
Kulintang Lampung: Simfoni dari Nada-Nada Tradisional
Kulintang mungkin lebih dikenal sebagai alat musik khas Sulawesi, tapi jangan salah—Lampung juga punya versinya sendiri. Kulintang Lampung terbuat dari kayu atau logam, terdiri dari deretan bilah nada yang disusun rapi. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh sekelompok orang dalam ansambel.
Pertama kali melihat kulintang Lampung dimainkan langsung, saya kagum dengan kecepatan tangan para pemainnya. Mereka memukul bilah-bilah nada dengan stik kecil, menciptakan irama yang sangat dinamis. Kalau saya boleh bilang, ini kayak orkestra mini!
Saya pernah mencoba belajar memainkan satu lagu sederhana di kulintang, tapi harus diakui, koordinasi tangan dan ritme itu tantangan besar. Meski begitu, ada kebahagiaan tersendiri saat akhirnya bisa mengikuti pola dasar. Kalau Anda tertarik mencoba, cobalah mulai dengan belajar mengenali nada-nada dasar dari bilah-bilahnya.
Kulintang Lampung sering digunakan dalam acara pernikahan adat atau ritual tradisional lainnya. Suaranya yang ceria dan meriah benar-benar bisa menghidupkan suasana. Oh, satu lagi—kalau mendalami alat musik ini, Anda juga sekaligus belajar tentang nilai kebersamaan karena kulintang hampir selalu dimainkan secara berkelompok.
Cetik: Bunyi yang Unik dari Bambu
Cetik adalah salah satu alat musik tradisional Lampung yang mungkin tidak sepopuler gambus atau kulintang, tapi punya daya tarik tersendiri. Dibuat dari bambu, cetik dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul kecil. Suaranya? Jernih dan khas, seolah membawa kita kembali ke alam.
Src: batinbudayapoerba.blogspot.com |
Waktu pertama kali melihat cetik, saya pikir cara memainkannya mudah. Ternyata, untuk menghasilkan nada yang pas, Anda harus tahu titik mana yang harus dipukul. Alat musik ini sering dimainkan dalam upacara adat, tapi juga bisa jadi hiburan sederhana saat berkumpul di sore hari.
Yang menarik dari cetik adalah bahan pembuatannya yang sangat alami. Saya pernah membantu seorang teman membuat cetik sederhana dari bambu. Prosesnya lumayan seru, terutama saat memilih bambu yang pas—tidak boleh terlalu tua atau terlalu muda. Selain itu, ukiran di cetik biasanya mencerminkan motif khas Lampung, seperti motif siger atau motif gajah.
Mengapa Harus Melestarikan Alat Musik Tradisional Lampung?
Buat saya, mempelajari alat musik tradisional Lampung seperti gambus, kulintang, dan cetik bukan hanya soal mengenal budaya, tapi juga menghormati leluhur. Di era modern ini, di mana gadget dan musik elektronik semakin mendominasi, alat musik tradisional sering terlupakan. Padahal, ada nilai sejarah dan filosofi mendalam di balik setiap nada yang dihasilkan.
Jika Anda tinggal di Lampung atau punya kesempatan berkunjung, saya sangat menyarankan untuk mencoba alat musik ini. Banyak sanggar seni atau komunitas lokal yang dengan senang hati mengajarkan cara bermainnya. Selain itu, mempelajari alat musik tradisional juga bisa menjadi cara untuk mempererat hubungan dengan masyarakat setempat.
Di akhir hari, saya merasa bahwa suara alat musik tradisional Lampung tidak hanya indah untuk didengar, tetapi juga menjadi pengingat akan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Jadi, bagaimana? Sudah siap mencoba bermain gambus Lampung, kulintang Lampung, atau cetik? 😊
0 Komentar